Thursday, November 30, 2017

Tari Dan Ayahnya Yang Perkasa


SeksNyata - Sudah hampir sebulan aku tinggal kembali di rumah orang tuaku. Suamiku menyuruhku untuk tinggal bersama orang tuaku kembali karena dia curiga aku memasukan pria lain di dalam rumah kontrakan kami. Namun saat aku kembali tinggal di rumah orang tuaku, kondisi rumah tangga orang tuaku juga sedang tidak harmonis, hampir tiap hari terjadi pertengkaran diantara ibu dan ayahku, walaupun aku tidak tahu apa penyebabnya. Dan hari ini ibu dan ayah bertengkar lagi, penyebabnya ibu menolak saat ayah minta berhubungan badan.

Sorenya ibu memutuskan untuk pergi kerumah kakek dan nenek orang tua dari pihak ibu. Sekitar jam 21.00 ayah tiba di rumah setelah mengantar ibu ke terminal Bekasi. Selesai makan, ayah mengunjungi kamarku.

“Tari, kamu sudah tidur belum” kata ayahku sambil mengetuk pintu.

“Belum yah masuk aja” teriakku dari dalam kamar. Aku sudah berbaring di tempat tidur. Lalu ayah membuka pintu kamarku. Kulihat ayah menatapku dari depan pintu dengan raut mukanya seakan mau menanggis.

“Ayah kenaoa?” tanyaku sambil bangkit dan berusaha untuk duduk di tempat tidur. Ayah pun langsung masuk ke kamarku dan duduk di sampingku. Di alantas memelukku sambil meneteskan airmata.

“Tari, Ayah tak tahu harus berbuat apa lagi…ibumu sudah tak mau ayah ajak berhubungan badan sedangkan ayah masih membutuhkan itu” kata ayah sembari tangisannya pecah.Aku pun ikut terpengaruh dengan tangisan ayah, aku ikut meneteskan air mata.

“Ayah yang sabar yaaa…mungkin ibu lagi gak enak hati…tapi Tari yakin nanti ibu kalau suasana hatinya sudah membaik pasti mau diajak berhubungan badan lagi…” hiburku. Mendengar ucapanku ayah lalu menatapku dan mencium keningku dan berkata,

“Iya..ayah akan berusaha untuk tetap sabar menghadapi ibu kamu…karena ayah sayang pada kalian berdua” ujarnya.

Kemudian ayah mencium kedua pipiku, tapi saat ayah akan berpaling secara tidak sengaja bibir ayah menyentuh bibirku, Dan aku tiba-tiba ada perasaan aneh pada diriku, aku merasa terangsang, aku jadi terbayang saat bercumbu dengan Janu dan Imam beberapa waktu lalu.

Aku lantas mengecup bibir ayahku dan mecoba untuk memasukan lidahku ke mulutnya. Ayahku yang agak gelagapan ruapnya mulai terangsang, dia membalas ciumanku dengan menjulurkan lidahnya sehingga lidah kami bertautan. Makain lama ayahku makin terangsang, disibakkannya selimut yang menutupi badanku sehingga aku yang saat itu memakai daster mulai digerayangi ayahku.

Lidah kami masih bertautan membuat makin bergejolak nafsu seks kami. Aku biarkan saja ketika tangan ayahku mulai merayap di paha putihku yang semakin naik sehingga menyentuh celana dalamku. Jari tengahnya mulai mengelus memekku vaginaku dari luar celana dalam. Tubuhku menggelinjang dibuatnya.

Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan ayahku masih saja mengelus memekku yang masih terbungkus celana dalam. Darahku berdesir, mataku terpejam. Semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, sembari menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Ayah kemudian melepas ciuamannya, dia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai memekku, aku tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara dia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.

Dengan ganasnya ayah kembali menciumi bibirku lagi, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai menelusup masuk ke memekku melalui sela-sela celana dalamku, membelai lembut memekku.

“Aaahhh…yah…sudah terlalu jauh ini yah…” desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan memekku, toketku yang montok dan puting yang menggoda, membuatnya semakin penasaran. Dia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku. Ayah kemudian menjilati dan menghisap putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini,

“Sssthhh ayah sudah yah…cukup sampai disini aja yah…” ucapku. Tapi ayah tak menghiraukannya, dia terus saja merangsangku. Bahkan tanganya mulai melepas seluruh pakaiannya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat.

Kontolnya yang besar dan berotot mengacung tegang dihadapanku. Seketika mataku jadi terbelalak ketika melihatnya. Ukuran kontolnya memang lebih besar dari ukuran kontol suamiku. Dan seketika itu juga memekku tiba-tiba berdenyut tak karuan. Tak habis pikir akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.

Ayahpun melepaskan putingku dari mulutnya lalu dia bangkit, berlutut dan kemudian mengangkangi betisku. Lidahnya menggoda selakanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CDku, yang hampir semili lagi menyentuh bibir memekku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.
Ayahpun menyibakkan CDku, jilatannya sekarang beralih kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi.

“Stop yah hentikan…” ucapku. Bagaikan terkena setrum, rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah ayah melalap memekku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.

“Oooohhh…aaahhh…yaahhh…” desahku. Pikiranku benar-benar bercabang tetapi herannya aku tetap mengangkatkan pantatku, sementara tanganku menolak kepalanya sambil mengacak-acak dan menjambak-jambak rambutnya. Lendir gairah mengalir dari lubang memekku, sementara lidah dan mulut ayah yang tak henti mengejar sambil menjilat dan menghisap memekku. Kenikmatan merebak cepat sekali, berpangkal dari memekku menuju ke seluruh tubuhku, membuat pandanganku gelap dan kepalaku terasa melayang. Aku merasakan ada yang ingin meletup pada diriku.

Mungkin ayah mengetahui juga, segera ayah melepas lidahnya dari memekku, lalu mencoba melepas dasterku dan celana dalamku yang sudah basah kuyup tak karuan, “Hentikan yah…jangan…” tolakku. Meskipun aku menolaknya tapi aku tetap saja mengangkat pantatku untuk memudahkan aksinya.

Kami berdua kini sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar ayah berlutut di depanku. Lubang memekku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang kontol ayah yang tegang besar kekar berotot. Oohh..betul-betul luar biasa nafsu birahiku makin mengebu-gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kontol yang bukan punya suamiku. Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh ayah kandungku sendiri.

Kupasrahkan diriku ketika ayah mulai membuka kakiku hingga mengangkang lebar, lalu ayah menurunkan pantatnya dan menuntun kontolnya ke lubang bibir memekku. Kerongkonganku tercekat saat kepala kontol ayah menembus memekku. “Sleeeppp…”.

“Aaahhhh…besar sekali yaahhh…” teriakku. Walau telah basah berlendir, tak urung kontolnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang memekku yang belum pernah merasakan kontol sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.

Tanpa terburu-buru, kembali ayah menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah kontolnya bergerak perlahan dan lembut menembus memekku. Dia menyodok memekku secara perlahan tapi pasti. Memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di memekku, melicinkan jalan masuk kontol berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.

Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya nafsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar-benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan sex dengan ayahku ini lebih dalam.

“Oooohhh yesss….enak yah…genjot terus yaaahhh….masukin lebih dalam lagi….aaahhhh….” desah nakalku. Aku merasakan suatu rangsangan yang hebat di dalam diriku. Seluruh rongga memekku terasa penuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding memekku digesek batang kontol ayah yang super besar dan keras ini.

Akhirnya seluruh batang kontol ayah yang kekar dan besar itu tertelan ke dalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir memekku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, ayah mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan,

“Aduuuh yah nikmat sekali…aaahhh…” desahku lagi. Aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah-desah penuh kenikmatan. Dan tiba-tiba ayah bertanya padaku disela-sela aku menikmati kedahsyatan kontolnya.

“Tari sayang…nikmat mana dengan kontol suamimu…?”.
Otakku benar-benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa. Jawabanku benar-benar diluar kesadaranku,
“Yang jelas besar kontol ayah…jauh lebih nikmat juga…”.

Tak hanya itu ayah makin gencar melontarkan pertanyaan yang aneh-aneh,
“Memek Tari lagi diapain nih sama kontol ayah…”
Aku terdiam bingung mau menjawab apa.

“Jawab lagi dientot yah…” kata ayahku mengajariku untuk menjawab seperti itu dan suruh mengulaingnya berkali-kali. Akupun menurutinya, dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu menjawab seperti apa yang sudah diajarkan ayah padaku.

“Aaahhhh…ssstthh….lagi dientot yah…”
Aku lama-lama semakin berani mengulangnya bahkan dengan tambahan kata-kata,
“Yeesss…aaahhh…sodok terus memekku pakai kontolmu yang besar itu sayang….”.

Apa yang terjadi benar-benar luar biasa, ayah menjadi makin beringas mendengar ucapanku itu, genjotannya makin membabi buta batang kontol yang besar berurat menghajar habis lubang memekku tanpa ampun dan akupun makin histeris dibuatnya, kata-kataku makin vulgar
“Aaaahhh…ayah enak sekali yah…entotin terus memekku yaaaaahhhh…kontolmu benar-benar istimewa…”

Entah apa yang terjadi pada diriku. Begitu antutiasnya aku merespon kata-kata vulgar ayahku ini, tak pernah kusadari begitu nikmatnya disetubuhi laki-laki yang bukan suamiku sendiri.Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah ayah kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar-benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa setruman nikmat makin menjadi-jadi merebak berpusat dari memek dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku.

Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. KOntolnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot memekku dan menggesek-gesek dinding memekku yang mencengkeram erat.

Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernafsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar.

“Sodok yang keras yaaahhh…genjot terusss…aaahhh…sodokkan kontolmu sampe mentok…Ooohh.. ayah.. bukan main.. enaknya.. ngentoooot denganmuuuu…”. Mendengar celotehanku, ayah yang pendiam berubah menjadi semakin beringas seperti banteng kedaton dan yang membuat aku benar-benar takluk adalah staminanya yang bukan main perkasa, tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.

Aku benar-benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas-puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Ayahku mengombang ambingkan diriku dilautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya. Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku

“Oooohhh…ayah…aku keluaaaarrr…aaaaaaah…” pekikku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, ayah mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kontolnya dalam-dalam dan memutar-mutar keras sekali. Klitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya.

“Aaaahh…sstttsshh…nimkat sekali tekan terus itilkuu…” erangku liar.

Ledakan kenikmatan orgasmeku menyemburkan lendir orgasme dalam memekku, kupeluk erat tubuh ayahku sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang dikupingnya sementara ayah terus menggerakkan sambil menekan kontolnya perlahan, dimana setiap mili kontolnya menggesek dinding memekku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata-kata.

Beberapa detik kenikmatan yang kurasakan akhirnya berakhir dengan tubuhku terkulai lemas dan kontol ayahpun masih tertancap dalam memekku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Bapak mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi.

Ayah sama sekali tidak menggerakkan kontolnya yang masih besar dan keras di dalam memekku. Dia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.
Setelah aku kembali sadar dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing ayah untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan ayahku ini.

Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan kontolnya pada dinding memekku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.

Genjotan kontolnya dalam memekku semakin dipercepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimaks rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini ayah memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimaks yang maha dahsyat tadi, aku masih bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan kontolnya yang semakin bernafsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam memekku.

Kemudian ayah untuk berbalik, inilah gaya yang paling kusenangi “doggy style” dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa. Dengan bergegas aku menungging kubuka kakiku lebar-lebar, kutatap mukanya sayu sambil berkata,

“Ini gaya kesukaan ku yah, ayo sodokan kontol gede ayah dari belakang ke lubang memekku”
Ayahku menatap bokongku dengan penuh nafsu, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir memekku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.

Sambil memegang batang kontolnya disodokannya ketempat yang dituju. “Bleess…..”
“Sssthhh..aaahhhh…enak sekali yah…sodok yang kenceng….” erangku menahan nikmat. Mataku mendelik merasakan betapa besar dan panjang batang kontolnya menyodok liang kenikmatanku, urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga memekku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya ‘doggy style’ ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap ‘menanjak’ suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari 2 menit.

Tapi lain dengan ayahku, sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya ‘doggy style’ ini tanpa ada tanda-tanda mengendur. Oh bukan maiin rasanya, bagai kesurupan aku menggeleng-gelengkan kepalaku, eranganku sudah berubah menjadi pekikan kenikmatan, tubuhku kuayunkan maju mundur mengimbangi gerakan ayah, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang kontolnya yang besar dan panjang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lubang memekku. Kenikmatanku bukan lagi pada tahap “menanjak” tapi sudah berada diawang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.

“Oooo…ayah aku keluaarr lagiii…aaahhhh…” aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan kontolnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kusedot-sedotkan memekku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimal mungkin.

Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan ayah yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun ayah menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.

Ayah memelukku dan mencium pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas.

“Tari sayang, istirahatnya nanti sekalian ayah belum orgasme sayang…” katanya lembut. Aku benar-benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi ayah belum juga keluar, bukan main perkasanya. Biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya, kadang-kadang aku malah tidak bisa mencapai klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu-buru.

Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kulahap batang kontolnya, kujilat buah zakarnya bahkan selangkangannya. Kulihat ayah menggeliat penuh kenikmatan,

“Ooohhh…Tariii…sedot terus sayang…enak sekali tariii…aaaahhh…” erangnya. Ayah mengerang penuh semangat membuatku semakin bergairah saja menlahap batang kontolnya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kontolnya dari mulutku, kutunggingkan pantatku, kuputar-putar sambil kuhentak- hentakan ke belakang, melihat gerakan erotisku ayah makin mendengus-dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang ayah untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi, memekku terasa berdenyut-denyut dan klitorisku mengeras lagi.

“Apakah ini yang dinamakan multiple orgasm yang banyak dibicarakan oleh teman-temanku?” tanyaku dalam hati. LUmatanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, tubuh ayah menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan memekku ingin melahap kembali batang kontolnya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas kontolnya dari mulutku langsung aku merangkak 

keatas tubuhnya kuraih batang kontolnya lalu kududuki sembari kutuju ke memekku yang masih lapar itu. “Bleess… ”

“Ooohhh Tari kamu nakal sekali saat memasukan kontoku ke dalam lubang memekmu…” pujinya. Ayah memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antutias begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. Kugoyangkan pinggulku searah jarun jam, cepatnya sekali, kadang kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan penuh tenaga sehingga batang kontol yang besar itu melesak dalam sekali.

“Ayo Tariii…goyang terusss…habisi kontol ayah sayaaaang….” erang nakalnya. Kini giliran ayah mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.

Batang kontolnya kugenjot dan kupelintir habis. Bahkan kukontraksikan otot-otot memekku sehingga kontol yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang memekku. Dan yang terjadi adalah benar–benar membuatku bangga sekali, ayahku bagai layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sesekali dia ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang kontolnya malah makin melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, klitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kontolnya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan keremas remas.

Ayahku sama sekali tidak menyangka aku akan menjadi begitu beringas, begitu liar dalam menunggangi tubuhnya, lalu ayah bangkit, dengan posisi duduk dia menjilati putingku dengan rakusnya. Rasanya tubuhku semakin panas. Lalu kubusungkan kedua toketku.

“Hisep kenceng putingku yaaahhh…aaaahhhh..yesss….” rancauku.
“Aaahhh…Tari sayaaang enak sekali main diposisi ini…” balasnya. Batang kontol ayah melesak dalam sekali menembus memekku. Ayah mendengus-dengus kurasakan batang kontolnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan muncrat,
“Ooohhh…Tariiii…aku keluaaarrr….keluarkan diluar apa didalam..?”
“Aku juga keluaaar yaaahhh…jangan cabut konlmuuu…aaaaahhh keluarin di dalam ajaaa…aaaaahhhh…”

Bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekali, tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan sperma di dalam rahimku. Ayah memuncratkan spermanya di dalam rongga memekku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan. Gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, tak kusangka makin sering klimaks makin luar biasa rasa nikmatnya jiwaku. Kutekan, kujepit, kekepit seluruh tubuhnya mulai batang kontolnya, pantatnya, pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.

Seluruh cairan spermanya kuperas dari batang kontolnya yang sedang terjepit menyatu di dalam lubang memekku. Aku merasakan kenikmatan yang sungguh luar biasa. Aku kuatir akan ketagihan dengan batang kontol ayahku yang maha dahsyat ini. Klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, kemudian dia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya di dalam satu kali permainan sex. Dan akhir cerita kamipun tertidur pulas.